Hakikat Ilmu
Dengan ilmu pengetahuan Allah mengangkat derajat nabi Adam as, di atas para malaikat. Sebab itu malaikat diperintah oleh Allah Swt, agar sujud kepada nabi Adam as. Ilmu itu sangat penting karena ia sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah dan keuntungan abadi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah dalam syairnya:
“Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu yang paling lurus untuk dipelajari. Dia-lah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Ia laksana benteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu orang ahli ibadah tapibodoh”.
Perihal Niat dalam Menuntut Ilmu
Setiap penuntut ilmu harus menata niatnya ketika hendak akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah. Rasulullah Saw, bersabda, “Banyak perbuatan atau amal yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena didasari niat yang baik (ikhlas) maka menjadi atau tergolong amal-amal akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang sepertinya tergolong amalan akhirat, kemudian menjadi amal dunia, karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas)”.
Setiap penuntut ilmu dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah Swt, mencari kebahagian di akhirat, menghilangkan kebodohan dirinya dan orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan islam. Karena agama islam akan tetap lestari jika pemeluknya (umatnya) memiliki ilmu.
Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu. Syaikh Burhanuddin menukil perkataan para ulama; “Orang yang tekun beribadah tapibodoh, bahayanya lebih besar dari pada orang alim tapi durhaka. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, yaitu bagi orang yang menjadikan mereka sebagai panutan dalam urusan agama”.
Dalam menuntut ilmu juga harus didasari niat untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Jangan sampai terbersit niat supaya dihormati masyarakat, untuk mendapatkan harta dunia, atau agar mendapat kehormatan di hadapan pejabat atau lainnya.
Barangsiapa dapat merasakan lezatnya ilmu dan nikmatnya mengamalkannya, maka tidak akan begitu tertarik dengan harta yang dimiliki orang lain.
Tawadhu’ adalah salah satu tanda atau sifat orang yang bertakwa. Dengan sifat tawadhu’ orang yang takwa akan semakin tinggi martabatnya. Yang aneh adalah ujubnya orang yang tidak tahu keadaan dirinya apakah ia termasuk kedalam orang yang beruntung atau orang yang celaka. Sifat sombong itu merupakan sifat khusus Tuhan kita Allah Swt, maka hindarilah dan takutlah bersifat demikian.
Perihal Memilih Teman Bagi Penuntut Ilmu
Seorang penyair berkata, “Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya. Karena orang itu biasanya mengikuti temannya. Kalau temanmu berbudi buruk, maka menjauhlah segera. Dan bila berlaku baik maka bertemanlah dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk”.
Ada sebuah syair yang berbunyi, “Jangan sekali-kali kamu bersahabat dengan pemalas dalam segala tingkah lakunya. Karena banyak orang yang baik menjadi rusak karena kerusakan temannya. Karena penularan orangbodohkepada orang pintar sangat cepat, seperti bara api yang diletakkan di dalam abu, maka ia akan padam. (Begitu pula orang pintar kalau bergaul dengan orangbodoh, lama-lama akan menjadibodoh)”. Penjelasan Syaarih.
Seorang penyair berkata, “Jika kamu belajar ilmu kepada orang yang berilmu, atau mencari saksi akan memberitahu apa-apa yang belum kamu ketahui, maka ambillah pelajaran dari bumi beserta nama-namanya, dan perhatikan orang yang akan kamu jadikan sahabat, dengan siapa ia bergaul”.
Menghormati Ilmu dan Memuliakan Guru
Para penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya ilmu tanpa mau menghormati ilmu dan guru. Banyak yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil ketika menuntut ilmu, mereka sangat menghormati ilmu dan gurunya.
Ada sebuah syair yang berbunyi, “Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya guru. Ini wajib dipelihara oleh setiap orang islam. Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar, walau hanya satu huruf, diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya. Sebab guru yang mengajarimu satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama ‘dia’ ibarat bapakmu dalam agama”.
Termasuk menghormati guru ialah, hendak seorang penuntut ilmu tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, dan tidak memulai bicara padanya kecuali dengan izinnya.
Hendaknya tidak banyak bicara di hadapan guru, tidak bertanya sesuatu bila guru sedang lelah atau bosan. Harus menjaga waktu. Jangan mengetuk pintunya, tapi sebaliknya menunggu sampai beliau keluar.
Alhasil, penuntut ilmu harus mencari kerelaan hati guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia (guru) murka, mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama, karena tidak boleh taat pada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah Swt. Termasuk menghormati guru adalah menghormati putra -putranya, dan orang-orang yang ada hubungan kerabat dengannya.
Sungguh – sungguh dalam Menuntut Ilmu
Seperti yang diisyaratkan dalam Al Qur’an, “Dan orang-orang yang berjihad atau berjuang sungguh-sungguh untuk mencari (keridhaan–Ku), maka benar-benar Aku akan tunjukkan mereka kepada jalan yang menuju keridhaan–Ku”. Dikatakan, barangsiapa yang bersungguh-sungguh mencari sesuatu tentu akan mendapatkannya. Dan barangsiapa saja yang mau mengetuk pintu dan maju terus, tentu bisa masuk.
Dengan kadar sengsaramu dalam berusaha, kamu akan mendapatkan apa yang kamu dambakan.
Ustadz Sadiduddin mengalunkan syair gubahan Imam Syafi’i kepadaku, “Kesungguhan itu dapat mendekatkan sesuatu yang jauh, dan bisa membuka pintu yang terkunci. Sungguh, sangat banyak orang yang bercita-cita luhur bersedih, karena dipuji dengan kemiskinan. Barangkali sudah menjadi suratan takdir dan keputusan Allah, bahwa banyak orang cerdas tapi miskin dan banyak orangbodohyang kaya raya. Dan kedua hal tersebut tidak bisa dikumpulkan”.
Penuntut ilmu tidak boleh banyak tidur pada malam hari. Seperti dikatakan dalam syair, “Kemuliaan itu akan tercapai menurut kadar kesengsaraan. Barangsiapa ingin mencari kemuliaan, maka harus meninggalkan tidur malam. Kamu ingin kedudukan tinggi tapi kamu enak-enakan tidur di malam hari. Padahal orang yang mencari permata pun harus menyelam kedalam lautan. Derajat yang luhur itu seiring dengan cita-cita yang luhur. Orang yang memperoleh kedudukan tinggi karena ia berjaga malam. Aku tidak tidur di waktu malam, ya Tuhanku, demi mencari keridhaan Mu ya Tuhan yang menjadikan seseorang menjadi tuan. Siapa ingin kedudukan tinggi, maka tidak mau kerja keras, itu artinya dia menyia-nyiakan usia. Mengharap sesuatu yang mustahil. Maka tolonglah kami ya Allah dalam mencari ilmu dan tempatkanlah kami kepuncak kedudukan yang luhur”.
Ada yang berkata bahwa mengurangi tidur malam untuk beribadah itu menggembirakan hati di siang hari. Para penuntut ilmu harus mengulang-ulang pelajarannya pada awal malam dan akhir malam. Yaitu antara isya dan waktu sahur, karena saat-saat tersebut diberkati.
Seorang penyair berkata. “Wahai para penuntut ilmu hiasilah dirimu dengan sifat wara’ (menjauhi barang syubhat), jauhilah tidur, kurangilah makan, dan tekunlah belajar”.
Seorang penuntut ilmu juga tidak boleh terlalu memaksakan diri hingga melebihi kekuatannya. Karena akan melemahkan tubuhnya, sehingga tidak mampu bekerja karena terlalu lelah. Mencari ilmu harus sabar, pelan-pelan tapi kontinyu. Sabar inilah pokok yang penting dari segala sesuatu.
Jangan Malas
Dikatakan: Abu Hanifah berkata kepada Abi Yusuf, “Kami memangbodohtapi itu bisa kami usir dengan terus-menerus belajar. Jauhilah sifat malas, sebab malas itu sumber keburukan dan kerusakan yang amat besar”.
Dikatakan: “Penderitaan, kelemahan dan penyesalan yang diderita manusia sering timbul dari rasa malas, dan membicarakan hal-hal yang tidak jelas”.
Disebutkan: “Sungguh sifat malas itu timbul karena kurangnya perhatian terhadap keutamaan dari pentingnya ilmu. Oleh karena itu, penuntut ilmu harus berpayah-payah dalam menuntut ilmu”.
Karena ilmu itu kekal, sedang harta akan sirna. Sebagaimana dikatakan Ali bin Abi Thalib ra, “Aku senang menerima pemberian Tuhan Maha Perkasa. Kita diberi ilmu dan musuh-musuh kita (orang-orang kafir) diberi harta benda. Karena harta akan segera sirna, sedang ilmu itu abadi takkan pernah hilang”.
Ilmu yang bermanfaat akan tetap dikenang sekalipun pemilik ilmu telah meninggal, karena ilmu yang bermanfaat itu abadi. Syaikh Murghinan berkata dalam sebuah syair, “Orangbodohhakikatnya mati sebelum mati dan orang yang berilmu tetap hidup sekalipun telah mati”.
Rasa malas itu kadang timbul dari dahak dan karena kebanyakan kadar air. Cara menanggulanginya yaitu dengan mengurangi makan.
Tujuh puluh nabi telah sepakat bahwa lupa itu disebabkan kebanyakan dahak. Banyak dahak karena banyak minum. Dan banyak minum karena banyak makan. Roti kering dapat menghilangkan dahak, tapi jangan banyak supaya tidak haus. Kalau banyak minum nanti malah menambah dahak.
Bersiwak juga dapat mengurangi dahak, dapat menguatkan hafalan, dan menyebabkan fasih. Bersiwak itu hukumnya sunnah. Dapat menambah pahala saat shalat, dan pahala membaca Al Qur’an dengan bersiwak. Muntah juga dapat mengurangi dahak dan kadar air.
Adapun cara mengurangi makan adalah dengan cara memikirkan manfaat makan sedikit itu, yaitu dapat menyehatkan badan, menumbuhkan sifat wara’, dan sikap mengalah. Ada yang berkata, “Tercela, tercela dan tercela orang yang celaka karena makanan”.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Ada tiga kelompok manusia yang dimurkai Allah Swt tanpa dosa yaitu, orang yang banyak makan, orang yang kikir, dan orang yang sombong”.
Termasuk cara mengurangi makan ialah memikirkan bahayanya banyak makan, yaitu mudah terserang penyakit, mengakibatkan bebalnya otak, termasuk malas. Dikatakan, perut yang penuh itu dapat menghilangkan kecerdasan.
Cara mengurangi makan itu di antaranya adalah dengan mengurangi makan-makanan yang berlemak. Jangan makan bersama orang yang lapar. Boleh banyak makan kalau ada tujuan yang benar, misalnya supaya kuat berpuasa, supaya kuat untuk shalat, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat.
Hari Memulai yang Baik
Guru kami Syaikh Burhanuddin biasa memulai mengaji pada hari Rabu. Beliau melakukan hal itu berdasarkan hadits nabi yang berbunyi, “Tidak ada sesuatu yang dimulai pada hari Rabu kecuali akan menjadi sempurna”.
Kebiasaan ini baik dan benar, karena hari Rabu adalah hari di mana cahaya diciptakan. Hari rabu adalah hari naas bagi orang kafir, tapi bagi orang mukmin adalah hari penuh berkah.
Waktu Belajar Ilmu
Masa muda harus digunakan untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya. Adapun waktu belajar yang paling baik, ialah menjelang waktu subuh dan antara waktu maghrib sampai isya. Muhammad bin Hasan setiap malam tak pernah tidur. Di sampingnya disediakan beberapa buku, bila merasa bosan mempelajari satu ilmu beliau ganti yang lain.
Beliau selalu menyediakan air di hadapannya, jika merasa mengantuk, air itu diminum untuk mengusir rasa kantuknya. Beliau berkata, “Kantuk itu timbul dari rasa panas, maka harus ditolak dengan air dingin”.
Hal – hal yang dapat Memperkuat Hafalan
Adapun hal-hal yang dapat memperkuat hafalan yaitu dengan tekun dan rajin belajar, aktif, mengurangi makan, shalat malam, dan membaca Al Qur’an. Dikatakan, “Tidak ada yang lebih menambah kuatnya hafalan melebihi dari pada membaca Al Qur’an dan melihat pada mushaf”. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw, “Amalan umatku adalah membaca Al Qur’an dengan melihat”.
Penuntut ilmu kalau mengangkat kitab/ sumber ilmu hendaknya membaca doa, “Dengan menyebut nama Allah, Maha Suci Allah. Segala Puji hanya bagi Allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Luhur dan Agung, Maha Perkasa, Maha Mulia. Sebanyak jumlah huruf yang ditulis dan yang akan ditulis sepanjang masa”.
Dan setiap habis shalat fardhu hendaklah berdoa, “Aku beriman kepada Allah Yang Maha Tunggal, Maha Esa, Allah Yang Hak tiada sekutu bagiNya dan aku tidak percaya kepada Tuhan selain Allah”.
Penuntut ilmu harus banyak membaca shalawat atas baginda Nabi Muhammad Saw, karena beliau adalah sebagai pembawa rahmat kepada alam semesta.
Imam Syafi’i berkata, “Kuadukan buruknya hafalanku kepada Waki’. Lalu beliau menyuruhku meninggalkan maksiat. Sesungguhnya kuatnya hafalan itu merupakan keutamaan yang diberikan oleh Allah, dan kuatnya hafalan itu tidak diberikan kepada orang yang sering berbuat maksiat”.
Makan kundar (kemenyan) dicampur madu, dan makan 21 butir anggur merah setiap pagi sebelum makan apa-apa juga dapat menguatkan hafalan, dan dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Dan apa saja yang dapat mengurangi dahak bisa menguatkan hafalan. Dan apa yang menambah dahak itu menyebabkan lemahnya hafalan.
Hal – hal yang Melemahkan Hafalan
Adapun yang dapat merusak hafalan adalah banyak berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin memikirkan urusan harta, dan terlalu banyak bekerja.
Orang yang cemas dengan urusan dunia biasanya karena hatinya gelap. Orang yang selalu memikirkan akhirat hatinya bercahaya. Cemas dengan urusan dunia bisa menghalangi seseorang untuk berbuat baik. Sedangkan memikirkan urusan akhirat justru mendorong untuk beramal baik. Mengerjakan shalat dengan khusyu’ dan menyibukkan diri untuk mencari ilmu dapat menghilangkan penderitaan dan kesusahan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan lupa ialah makan ketumbar basah, makan apel yang kecut, melihat orang yang dipancung, membaca tulisan kuburan, melewati barisan unta, membuang ketombe hidup di tanah, dan cantuk (cantuk ialah melukai di bagian tengkuk kepala untuk menghilangkan rasa pusing-pusing). Maka penuntut ilmu hendaknya meninggalkan semua itu karena bisa menyebabkan lupa.
Hal – hal yang Menghalang Datangnya Rezeki
Setiap manusia butuh makanan, maka para penuntut ilmu harus mengetahui hal-hal yang dapat mendatangkan rezeki, juga harus mengetahui apa yang dapat menambah dan mengurangi umur serta hal-hal yang menyehatkan badan agar leluasa dalam menuntut ilmu.
Rasulullah Saw, bersabda, “Tidak dapat menolak takdir kecuali dengan berdoa. Dan tidak dapat menambah usia kecuali dengan berbuat baik. Maka sesungguhnya orang laki-laki bisa terhalang rezekinya karena dosa yang dikerjakannya”.
Tidur pagi dapat menyebabkan miskin harta juga miskin ilmu. Ada orang yang berkata, “Bahagianya orang itu jika mengenakan pakaian, adapun cara mengumpulkan ilmu adalah dengan meninggalkan tidur”.
Penyair berkata, “Bukankah termasuk kerugian bila malam-malam dibiarkan berlalu tanpa guna, padahal malam itu dihitung termasuk jatah umur”.
Penyair lain mengatakan, “Bangunlah di waktu malam agar kamu mendapat petunjuk yang benar. Betapa lamanya kamu tidur, sementara itu umurmu semakin habis”.
Termasuk yang menghambat rezeki ialah, tidur dengantelanjang, kencing dengantelanjang, makan dalam keadaan junub, dan makan sambil bersandar di atas lambung, membiarkan makanan yang jatuh, membakar kulit bawang merah dan bawang putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah di dalam rumah, berjalan di muka orang tua, memanggil kedua orang tua dengan namanya, membersihkan makanan yang tersisa di celah-celah gigi dengan sembarang kayu, membersihkan tangan dengan debu, duduk di muka pintu, bersandar pada salah satu daun pintu, wudhu di tempat buang kotoran, menambal baju yang sedang dikenakan (dipakai), mengeringkan wajah dengan baju, membiarkan rumah laba-laba di dalam rumah, menyepelekan shalat.
Tergesa-gesa keluar dari masjid setelah shalat subuh juga dapat menghambat rezeki, terlalu pagi pergi kepasar, terlambat pulang dari pasar, membeli roti dari pengemis, mendoakan buruk pada anak, tidak menutupi wadah, memadamkan lampu dengan ditiup, semua itu juga dapat menyebabkan kefakiran. Begitu menurut hadits para sahabat.
Menulis dengan pulpen diikat, menyisir rambut dengan sisir yang retak, tidak mau mendoakan kedua orang tua, mengenakan surban sambil duduk, mengenakan celana sambil berdiri, kikir, terlalu hemat, terlalu berlebihan, menunda atau meremehkan segala urusan. Semua itu juga dapat menyebabkan kefakiran.
Hal – hal yang Mendatangkan Rezeki
Rasulullah Saw, bersabda, “Memohonlah kalian akan turunnya rezeki dengan bersedekah”.
Bangun pagi-pagi itu diberkahi, dan bisa menambah nikmat terutama rezeki, tulisan yang indah, bermuka ceria dan berbicara yang baik juga dapat mendatangkan rezeki.
Hasan bin Ali ra, berkata, “Menyapu halaman dan mencuci pakaian bisa mendatangkan rezeki. Dan sebab paling kuat untuk mendatangkan rezeki adalah shalat dengan khusyu’, dan memenuhi rukun-rukunnya, dan adabnya dalam shalat. Shalat Dhuha juga dapat mendatangkan rezeki. Membaca surat Al-waqi’ah pada waktu malam, membaca surah Al-mulk dan surah Muzammil, surah Wallaili IdzaYaghsya, surah Alam Nashrah, juga dapat mempermudah datangnya rezeki. Datang ke masjid sebelum adzan, terus-menerus dalam keadaan suci, melakukan shalat sunnah fajar dan witir di rumah juga dapat melapangkan rezeki”.
Setelah mengerjakan shalat witir hendaklah jangan membicarakan masalah dunia. Jangan banyak bergaul dengan orang perempuan kecuali ada hajat, dan jangan membicarakan masalah-masalah yang tidak bermanfaat, baik untuk urusan agama maupun dunia.
Ada yang berkata bahwa, barangsiapa yang sibuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna, maka dia kehilangan sesuatu yang berguna baginya.
Sayyidina Ali ra, berkata, “Bila sempurna akal seseorang, niscaya ia sedikit berbicara”. Penyair lain berkata, “Berbicara itu laksana hiasan, sedangkan diam adalah keselamatan. Oleh karena itu, jangan banyak bicara. Berbicaralah seperlunya. Kamu bisa menyesal satu kali karena diam. Tetapi kamu bisa menyesal beberapa kali karena bicara”.
: Dikutip dari; Terjemah Ta’lim Muta’allim yang disusun oleh Syeikh Az–Zarnuji yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu Surabaya, dengan mengambil intisari ringkasannya saja demi kepentingan pribadi.
Banda Aceh | 17 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar